Monday, May 15, 2017

Kajian Holistik Pemanasan Global

A.    Terjadinya Pemanasan Global dan Dampaknya Bagi Kehidupan Manusia

Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Planet Bumi telah menghangat (dan juga mendingin) berkali-kai selama 4,65 miliyar tahun sejarahnya. Pada saat ini, Bumi menghadapi pemanasan yang cepat yang oleh para ilmuan dianggap disebabkan aktivitas manusia. Penyebab utama pemanasan global ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal dengan gas rumah kaca (Gambar 1) ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca, maka gas-gas tersebut menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke Bumi.
 

Gambar 1. Skema Pemanasan Global
Rata-rata temperatur permukaan Bumi sekitar 150C (590F), selama seratus tahu terakhir, rata-rata temperatur ini telah meningkat sebesar 0,60C (10F). Para ilmuan memperkirakan pemanasan lebih jauh hingga 1,4-5,8 0C pada tahun 2010.

Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya pemansan global. Faktor yang paling perbengaruh adalah gas penyebab efek rumah kaca. Adapun aktivitas-aktivitas yang ditengarai menghasilkan gas rumah kaca adalah penggunaan bahan bakar kayu (biomass), minyak bumi, gas alam dan batubara oleh industri, kendaraan bermotor, dan rumah tangga serta pembakaran hutan yang menghasilkan gas CO2.  Kegiatan yang menghasilkan gas CH4(Methane) seperti kegiatan proses produksi dan pengangkutan batubara, bumi, dan gas alam; kegiatan industri yang menghasilkan bahan baku (ekstractive industri); kegiatan pembakaran biomas yang tidak sempurna; serta kegiatan penguraian oleh bakteri di tempat pembuangan akhir (TPA); Kegiatan yang menghasilkan gas N2O (Nitrous Oksida) hasil dari pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan di dalam usaha penanaman padi, aktivitas industri. Penipisan lapisan ozon juga dapat menyebabkan tejadinya pemanasan global. Penipisan lapisan ozon menyebabkan sinar ultraviolet dari matahari yang berbahaya bagi kehidupan di bumi dapat masuk lebih mudah ke permukaan bumi. Aktivitas yang menyumbang penipisan lapisan ozon adalah penggunaan lemari es atau AC yang masih memakai chlorofluricarbons (CFCs). Faktor lain yang dapat menyebabkan pemanasan global adalah penebangan hutan untuk permukiman atau lahan pertanian. Sedangkan pohon sebenarnya dapat menyerap gas karbondioksida di udara, tetapi jika pohon-pohon di hutan ditebang maka tidak adalah lagi yang dapat menyerap  gas karbondioksida di udara, sehingga konsentrasi gas tersebut semakin hari semakin meningkat.

Pemanasan global menyebabkan bencana-bencana turunan yang merata terjadi di seluruh belahan bumi. Bencana pertama yang terjadi tentunya adalah suhu lingkungan menjadi semakin panas. Dengan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan terjadinya perubahan iklim atau cuaca sehingga lama masing-masing musim menjadi tidak menentu, terkadang musim panas menjadi lebih panjang. Meningkatnya suhu permukaan bumi juga menyebabkan mencairnya es di daerah kutub Bumi sehingga mengakibatkan naiknya permukaan laut. Naiknya permukaan laut menyebabkan beberapa daratan menjadi tenggelam. Dan masih banyak bencana lainnya yang pada akhirnya semua bencana tersebut dapat mengancam kelangsungan hidup umat manusia.

Oleh karena itu jika manusia tidak segera bertindak, maka umat manusia bisa jadi punah karena ulah manusia sendiri yang menyebabkan bencana pemanasan global. Perlu adanya kesadaran bersama dan aksi nyata untuk menghabat laju pemanasan global, bukan untuk menghilangkan karena sebenarnya pemanasan global adalah hal yang wajar terjadi di alam agar permukaan bumi tetap hangat. Namun karena aktivitas manusia yang tidak terkendali, laju pemanasan global menjadi semakin tinggi sehingga menimbulkan ketidak seimbangan alam.

B.     Kajian Pemanasan Global I (Dalam Kaitan Dengan Alam, Kehidupan, Ilmu, Filsafat, Nilai)

1.      Keterkaitan antara alam dan kehidupan
Dari fenomena pemanasan global dapat dilihat bahwa alam dengan kehidupan saling terkait satu sama lain. Alam menyediakan sumber bagi adanya kehidupan dan kehidupan memberikan timbal balik kepada alam. Hubungan antara alam dengan kehidupan (dalam hal ini fokus pada manusia) dapat digambarkan sebagai suatu siklus lingkaran, dimana alam berada di atas lingkaran dan kehidupan ada di bawah lingkaran, sedangkan sisi-sisi kana-kiri lingkaran menggambarkan perubahan energi antara alam dengan kehidupan. jika pada salah satu titik mengalami aktivitas yang tidak seimbang, maka akan bisa terjadi apa yang disebut dengan ketidakseimbangan alam. Fenomena pemanasan global adalah contoh ketidakseimbangan alam, yang terjadi karena manusia dalam kehidupanya tidak mengindahkan kaidah-kaidah kelestarian alam.

2.      Kehidupan dan ilmu
Pemansan global sebenarnya peristiwa alami yang dialami planet Bumi sejak dahulu kala. Namun sejak ilmu pengetahuan manusia semakin berkembang terjadinya pemanasan global menjadi tidak normal dan semakin tahun cenderung semakin meningkat intensitasnya. Hal itu tidak dapat terelakkan lagi, karena manusia memiliki rasa ingin tahu yang besar. Rasa ingin tahu itu memunculkan pengetahuan, kemudian pengetahuan tersebut menjadi tersistem sehingga menjadi ilmu. Ketika manusia menemukan ilmu baru, tidak lantas rasa ingin tahunya berhenti, bahkan manusia semakin penasaran untuk melakukan penemuan-penemuan baru yang hasilnya menjadi ilmu baru.

Ilmu dengan kehidupan saling terkait, dimana kehidupan (khususnya manusia) memunculkan ilmu dan ketika muncul ilmu baru maka disana akan ada pola kehidupan baru. Saat ini ilmu-ilmu baru telah berkembang sangant pesat, termasuk ilmu dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA), sebagai contoh ilmu dalam pengolahan barang tambang fosil (batu bara, minyak bumi, gas). Barang tambang tersebut digunakan manusia untuk menjalankan kehidupanya. Batu bara digunakan sebagai bahan bakar indusri, minyak bumi sebagai bahan bakar kendaraan, gas sebagai bahan bakar untuk memasak. Dari sini terlihat bagaimana ilmu dapat mengubah kehidupan manusia dari kehidupan yang tradisional menuju kehidupan modern.

3.      Ilmu dan filsafat
Telah dibahas pada poin sebelumnya bahwa ilmu dapat mempengaruhi kehidupan dan kehidupan (manusia) dapat mempengaruhi kondisi alam hingga menyebabkan munculnya masalah pemanasan global. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa ilmulah yang melandasi manusia dalam menjalankan kehidupanya. Namun, jika ditinjau secara retrospektif (tinjauan kebelakang) sebenarnya sebelum munculnya ilmu sebagai sistematisasi pengetahuan, manusia telah mencari tahu apa, mengapa dan bagaimana suatu hal atau fenomena terjadi. Dengan rasa ingin tahunya yang besar, manusia tidak hanya melihat suatu hal sebagaimana adanya, tetapi manusia mencoba menelaah lebih dalam tentang suatu hal tersebut hingga mendapat pemaknaan-pemaknaan yang lebih berarti berdasarkan akumulasi pemikiran yang pernah didapatkan sebelumnya. Itulah ruang filsafat yang hadir sebelum manusia mencapai ilmu pengatahuan. Filsafat bagai sumber mata air yang menjadikan bermekaranya ilmu pengetahuan.

4.      kebaikan, kebenaran, dan kebijaksanaan
Kebaikan adalah suatu hal yang dianggap baik dengan tolok ukur sistem norma atau pandangan umum yang berlaku dalam suatu masyarakat. Kebaikan bersifat relatif sesuai dengan budaya masyarakat setempat. Suatu hal dianggap baik di suatu tempat, belum tentu dianggap baik di tempat yang lain. Kebalikan dari kebaikan adalah keburukan, dimana suatu hal dianggap telah menyimpang dari pandangan umum masyarakat. Fenomena pemanasan global memberikan pelajaran bahwa kebaikan itu bersifat relatif. Kita tahu bahwa sebab pemanasan global adalah penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan yang mengeluarkan gas rumah kaca ke atmosfer bumi. Bagi orang-orang yang sudah paham tentang bahayanya pemanasan global, mereka menilai bahwa penggunaan energi alternatif yang tidak banyak mengeluarkan gas rumah kaca adalah suatu kebaikan, misalnya mengganti mesin tenaga disel dengan tenaga surya. Merekan pun menilai bahwa penggunaan bahan bakar fosil yang berlebiha untuk saat ini adalah suatu keburukan yang harus dihindri. Akan tetapai, bagi orang-orang yang belum paham tentang bahayanya atau bahkan belum tahu kalau pemanasan global sedang terjadi, maka memaksimalkan penggunaan bahan bakar fosil adalah suatu kebaikan. Orang-orang jenis kedua ini mereka menganggap bahwa bahan bakar fosil seperti minyak tanah, bensin akan dapat membantu mempercepat mereka dalam berkativitas dengan perantara mesin-mesin, atau kendaraan-kendaraan yang memakai bahan bakar fosil. Orang-orang jenis kedua ini justru menganggap energi alternatif seperti energi surya adalah suatu keburukan karena biayanya mahal dan bahanya tidak mudah didapatkan.

Kebenaran adalah keadaan atau hal yang cocok dengan keadaan atau hal yang sesungguhnya. Orang dikatakan berbicara benar jika apa yang dibicarakan itu sesuai dengan apa yang terjadi sebenarnya. Kebenaran lebih bersifat tegas, suatu hal itu jika tidak benar maka salah. Berbeda dengan kebaikan yang terkadang memiliki gradasi nilai, yaitu dari baik sekali, baik, cukup baik, hingga buruk. Pemansan menurut pakar lingkungan adalah bencana yang sedang dialami umat manusia saat ini yang harus segera dicari solusinya, mereka mendasari kebenaranya berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terhadap kondisi alam. Namun bagi orang-orang awam, bisa jadi mereka menganggap pemanasan global hanyalah sekedar isu yang tidak berdasar. Mereka mengatakan seperti itu karena mereka dalam keseharianya tidak merasakan akibat-akibat dari pemanasan global. Disini dapat dilihat bahwa para pakar melihat alam secara holistik dan melalui penelitian panjang, sedangkan orang-orang awam hanya melihat alam sebatas mata memandang saja.

Kebijaksanaan diartikan sebagai kecakapan bertindak saat menghadapi suatu masalah. Seseorang yang memiliki kebijaksanaan dia memadukan berbagai aspek sebagai pertimbangan dalam mengambil keputasan atau dalam menentukan solusi dari masalah yang dihadapi. Masalah pemanasan global harus disikapi secara bijaksana, dalam arti bagaimana mencari solusi agar kebutuhan manusia akan sumber daya alam dapat tercukupi tanpa kemudian menimbulkan permasalahan lingkungan. Kuncinya adalah kesadaran akan bahayanya pemansan global benar-benar harus dimiliki oleh setiap umat manusia, dengan adanya  kesadaran tersebut maka kebijaksanaan akan muncul.

C.    Kajian Pemanasan Global II (Dalam Kaitan Dengan Persoalan Keilmuan)

1.   Ilmu dan Kehidupan
Ilmu berasal dari kehidupan dan akan kembali lagi pada kehidupan. Manusia sebagai salah satu bagian dari kehidupan adalah satu-satunya makhluk yang mampu mengubah pengetahuan tentang alam sekitar menjadi ilmu (pengetahuan yang tersistem). Makhluk lain seperti hewan mungkin diberi pengetahuan untuk dapat hidup, tetapi mereka tidak dapat menyusun pengetahuan yang dimilikinya menjadi suatu ilmu. Itulah fungsi akal pada manusia yang mampu bekerja dengan lebih baik dan sistematis daripada hewan yang hanya mengandalkan insting dalam menjalankan hidupnya. Setelah ilmu baru didapat manusia, ilmu tersebut pada akhirnya akan dapat mempengaruhi bagaimana manusia berperilaku dalam kehidupanya. Fenomena pemanasan global dapat diketahui dan dipelajari melalui ilmu klimatologi, yaitu ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda, dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Dalam hal ini, bisa dibanyangkan bagaimana jika saat ini manusia belum memiliki ilmu klimatologi, mungkin terjadinya pemanasan global tidak disadari oleh seluruh umat manusia, mereka menjadi bebas dalam mengeksploitasi sumber daya alam tanpa mengatahui dampak atau bahayanya yang ditimbulkan. Hadirnya ilmu klimatologi kemudian memberi pemahaman dan kesadaran pada manusia bahwa saat ini tengah terjadi bencana pemanasan global yang akhirnya manusia menjadi lebih berhati-hati dan bijaksana dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Namun tidak berhenti sampai di titik itu, karena dengan pemahaman bahwa pemanfaatan sumber daya alam harus dikendalikan, maka mendorong diterapkanya ilmu lain yang mengkaji bagaimana membuat sumber daya alternatif yang tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan. Itulah gambaran bagaimana ilmu dan kehidupan saling mempengaruhi satu salam lain.

2.   Ontologi ilmu
Pemansan global adalah termasuk peristiwa alam yang dapat dipelajari, dimana ilmu yang lebih banyak mengkajinya adalah klimatologi. Klimatologi sebagai suatu ilmu memiliki ruang lingkup atau batasan dalam pembahasanya yang membedakan ilmu tersebut dengan ilmu-ilmu lainnya. Ruang lingkup suatu ilmu itulah termasuk dalam bahasan ontologi. Ontologi yaitu merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan.

3.   Epistemologi ilmu.
Jika ontologi lebih kepada hakikat dari suatu ilmu, maka epistemologi adalah kajian bagaimana cara memperoleh pengetahuan dalam ilmu. Secara lebih jelas bahwa epistemologi adalah sebuah kajian yang mempelajari asal mula, atau sumber, struktur dan metode pengetahuan. Jika ontologi berbicara tentang klimatologi dari hal apa saja yang ada didalamnya, epistemologi berbecara tenang struktur, metode, dan validasi dari klimatologi.

4.   Aksiologi ilmu
Berbeda dengan ontologi dan epistemologi, aksiologi adalah bahasan tentang kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Ilmu tidak menganal baik atau buruk, tidak memahami tentang etika, karena ilmu itu sendiri adalah alat yang bersiat netral. Oleh karena itu aksiologi dibutuhkan dalam rangka bagaimana suatu ilmu itu digunakan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Ilmu itu tidak salah, tetapai jika terjadi kerusakan maka hal itu terjadi karena manusialah yang salah dalam menggunakan ilmu. Ilmu tentang pengelolaan sumber daya alam misalnya, ilmu tersebut sebenarnya menjadi penghubung dan penyeimbang antara kebutuhan manusia dengan mekanisme alam, tetapi jika kemudian manusia terlalu egois dan menggunakan ilmu tersebut secara berlebihan maka yang ditimbulkan setelahnya adalah kerusakan alam, termasuk salah satunya terjadinya pemanasan global.

D.    Kajian Pemanasan Global III (Dalam Kaitan Dengan Kontroversi Filsafat)

1      Empirisme dan rasionalisme
Rasionalisme, merupakan aliran filsafat yang sangat mementingkan rasio. Dalam rasio terdapat ide-ide dan dengan itu orang dapat membangun suatu ilmu pengetahuan tanpa menghiraukan realitas di luar rasio. Empirisme, aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Pertentangan diantara kedua aliran tersebut kadang terjadi pada tataran penerapan suatu ide, dimana rasionalisme menyatakan “seharusnya ini begini, seharusnya itu begitu”, dan empirisme menyatakan “faktanya ini, faktanya begitu”. Rasionalisme mengambil susatu sikap lebih berdasarkan pada rasio yang ideal, sedangkan empirisme mengambil susatu sikap lebih berdasarkan pada fakta-fakta yang terjadi. Misalnya dalam menanggapi masalah pemanasan global, orang-orang yang berpandangan rasionalme akan mengatakan bahwa semua bahan bakar fosil, yaitu minyak tanah, bensin, dan gas penggunaanya harus dikurangi dan digantikan dengan sumber daya lainyang tidak menimbulkan polusi gas rumah kaca. Sehingga setiap mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar fosil harus dirombak menggunakan bahan bakar alternatif  seperti surya cel. Namun bagi orang-orang yang lebih berpandangan empirisme, meraka akan mengatakan bahwa penggunaan sumber daya alternatif  memang lebih bagus bagi lingkungan, tetapi hal itu sangat sulit dilakukan karena faktanya segala infrastruktur masih mengandalkan energi fosil dan tenologi untuk menerapkan sumber daya alternatif itupun sangat mahal, bagi orang-orang yang berpenghasilan mungkin terasa ringa, tetapi bagi orang-orang pinggiran hal itu hanya suatu mimipi di siang bolong.

2      Monisme dan dualisme
Monisme dan dualisme sebenarnya berasal dari induk pembahasan yang sama, yaitu ontologi, tetapi keduanya berbeda dalam memandang suatu hal. Monisme adalah konsep bahwa hanya ada satu substansi dalam suatu hal. Dualisme adalah konsep bahwa ada dua substansi yang berlaian/bertentangan dalam suatu hal. Misalnya dalam memandang manusia, monisme akan mengatakan bahwa substansi manusia adalah satu, tidak ada yang lain. Namun bagi dualisme, mereka memandang manusia terdiri dari dua hal, yaitu jiwa dan fisik yang keduanya memiliki wilayah penjelasan yang berbeda. Dualisme muncul karena ada memaknaan yang lebih dalam tentang suatu hal.

3      Holisme dan atomisme
Holisme adalah cara pendekatan terhadap suatu masalah atau gejala, dengan memandang masalah atau gejala itu sebagai suatu kesatuan yg utuh. Sedangkan atomisme adalah cara pendekatan terhadap suatu masalah atau gejala dengan pandangan yang parsial (terpecah pecah). Dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tersebut, masing-masing kelompok memiliki cara yang berbeda dalam menyimpulkan keadaan atau saat menentukan penyelesaian masalah. Orang yang memiliki pandangan holisme dia akan mengidentifikasi setiap hal yang berkaitan dengan masalah utama untuk ditentukan solusinya. Namun orang yang berpandangan atomise dia hanya akan mengkaji sebab terdekat atau yang paling terlihat dari suatu masalah untuk ditentukan solusinya. Adakalanya dalam hal penyelesaian masalah, holisme digunakan untuk mencari solusi jangka panjang karena sifatnya yang membutuhkan perubahan menyeluruh, sedang atmoisme digunakan untuk menceari solusi jangka pendek, yaitu apa yang paling dapat dilakukan pada saat itu untuk menghentikan permasalaha secara sementara.

Masalah pemanasan global baiknya ditangani secara holisme dan atomisme, yaitu dicari solusi jangka panjangnya dan tetap melaksanakan penanganan-penanganan sementara sebagai solusi jangka pendeknya. Solusi jangka panjang dapat dilakukan dengan mengubah seluruh infrasutruktur yang menggunakan penggerak bakar fosil menjadi penggerak alternatif, misalnya sel surya. Solusi jangka pendek yang bisa dilakukan adalah dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil hingga pada tingkat minimal yang bisa dilakukan.

4      Materialisme dan idealisme
Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi. Disisi yan lain Materialisme adalah filsafat yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau penjelasan historis. Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain, materialisme adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran ( roh, kesadaran, dan jiwa ) hanyalah materi yang sedang bergerak. Antara kedua pandangan tersebut terjadi benturan yang signifikan, dimana yang menjadi dasar pijakan sangat berbeda dalam melakukan pendekatan terhadap suatu persoalan. Idealisme lebih menggunggulkan alam ide, materialisme mengunggulkan alam materi. Idealisme menganggap capaian tertinggi manusia adalah ketika dia dapat menghasilkan ide-ide atau gagasan-gagasan, sedangkan materialisme menganggap capaian tertinggi manusia adalah ketika dia dapat menghasilkan materi atau benda-benda konkrit. Kedua paham itulah yang seringkali menjadi sumber polemik dalam penyikapan fenomena pemanasan global.

E.     Kesimpulan

1. Terjadinya pemanasan global dibumi karena bumi mengalami kondisi seperti pada rumah kaca, yaitu panas dari matahari yang masuk ke dalam atmosfer bumi tidak dapat keluar lagi ke luar atmosfer bumi karena tertahan oleh gas-gas rumah kaca. Diantara gas rumah kaca yang dominan adalah karbondioksida. Karbondioksida dihasilkan dari aktivitas manusia menggunakan bahan bakar fosil, seperti minyak tanah, bensin, dan gas sebagai sumber energinya.
2. Dampak utama pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang kemudian menyebabkan dampak-dampak turunan, diantaranya yaitu perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu, kenaikan permukaan air laut, kebakaran hutan, dan penyakit-penyakit pada manusia yang sebelumnya jarang terjadi
3. Pemanasan global dapat menjelaskan: Keterkaitan antara alam dan kehidupan, Kehidupan dan ilmu, Ilmu dan filsafat, Kebaikan, kebenaran, dan kebijaksanaan
4. Pemanasan global dapat menjelaskan persoalan Ilmu dan kehidupan, Ontologi ilmu, Epistimologi ilmu, Aksiologi ilmu
5. Fenomena pemanasan global dapat memberikan contoh kontroversi pemikiran filosofis berikut: Empirisme dan rasionalisme, Monoisme dan dualisme, Holisme dan atomisme, Materialisme dan idealisme.

DAFTAR PUSTAKA

Maksum, Ali. 2012.  Pengantar Filsafat. Yogyakarta; Ar-Ruzz Media
Muhadjir. Noeng. 1998. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Rake Sarasin

Internet:
Deden Sofyan. 2013. ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT: “Idealisme, Materialisme, Eksistensialisme, Monisme, Dualisme, dan Pluralisme”. Di akses melalui http://harkaman01.wordpress.com/2013/01/11/aliran-aliran-filsafat-idealisme-materialisme-eksistensialisme-monisme-dualisme-dan-pluralisme. Tanggal 14 Novemer 2014, pukul 14.00 WIB

Dika Setiawan. 2011. Ontologi: Monisme, Dualisme dan Pluralisme. Di akses melalui  http://dika-setiawan.blogspot.com/2011/06/ontologi-monisme-dualisme-dan.htmlv. Tanggal 14 Novemer 2014, pukul 14.00 WIB

Zudi Pranata . 2014. Filsafat Ilmu (Aksiologi) Di akses melalui http://zudi-pranata.blogspot.com/2014/01/filsafat-ilmu-aksiologi.html. Tanggal 14 Novemer 2014, pukul 14.00 WIB

No comments:

Post a Comment