Masa lalu adalah petunjuk aktivitas hari ini dan menjadi arah untuk kegiatan esok hari. Masa lalu adalah pelajaran, tak ada yang menyiakan masa lalu melainkan dia yang tak mengerti begitu besar pelajaran darinya. Pelajaran dari masa lalu tidaklah semata kebaikan, kesenangan, kesuksesan atau gempita. Melainkan kegagalan, kegetiran atau pun celaka. Masing-masing menjadi bangunan hikmah menuju jalan kebijaksanaan.
Namun hari ini tidak banyak yang mengambil pelajaran dari masa lalu. Nasibnya banyak yang menjadi sampah yang tak pernah dilihat meski hanya sesekali. Seolah detik-detik kejadianya tak pernah merasa dimiliki. Sungguh apa jadinya hari ini tanpa masa lalu? Setiap prestasi hari ini itu adalah usaha-usaha masa lalu, pun dengan keburukan hari ini merupakan kesalahan-kesalahan di masa lalu. Tak akan ada hari ini bahkan hari esok jika tak diawali masa lalu. Dan hanya para pembusung dadalah yang tak pernah berterima kasih pada masa lalu. Seakan dirinya terlahir dalam kejapan mata hari ini.
Alangkah beruntungnya barang siapa yang dapat memanfaatkan masa lalu. Akan tetapi bukanlah berarti semua harus mengacu pada masa. Namun hikmah dan nilai itulah yang seharusnya menjadi mutiara-mutiara penghias hari ini. Sang “mutiara putih” menjadi rujukan yang bisa dikembangkan, dan sang “mutiara hitam” menjadi batasan dan peringatan agar langkah-langkah hari ini dapat lebih hati-hati.
Ingat, dan Dia pun menekankan tentang masa lalu…
“Dan tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka, betapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami Binasakan, sedangkan mereka sendiri berjalan di tempat-tempat kediaman mereka itu. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah). Apakah mereka tidak mendengarkan (memperhatikan)?” (As Sajda :26)
Namun hari ini tidak banyak yang mengambil pelajaran dari masa lalu. Nasibnya banyak yang menjadi sampah yang tak pernah dilihat meski hanya sesekali. Seolah detik-detik kejadianya tak pernah merasa dimiliki. Sungguh apa jadinya hari ini tanpa masa lalu? Setiap prestasi hari ini itu adalah usaha-usaha masa lalu, pun dengan keburukan hari ini merupakan kesalahan-kesalahan di masa lalu. Tak akan ada hari ini bahkan hari esok jika tak diawali masa lalu. Dan hanya para pembusung dadalah yang tak pernah berterima kasih pada masa lalu. Seakan dirinya terlahir dalam kejapan mata hari ini.
Alangkah beruntungnya barang siapa yang dapat memanfaatkan masa lalu. Akan tetapi bukanlah berarti semua harus mengacu pada masa. Namun hikmah dan nilai itulah yang seharusnya menjadi mutiara-mutiara penghias hari ini. Sang “mutiara putih” menjadi rujukan yang bisa dikembangkan, dan sang “mutiara hitam” menjadi batasan dan peringatan agar langkah-langkah hari ini dapat lebih hati-hati.
Ingat, dan Dia pun menekankan tentang masa lalu…
“Dan tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka, betapa banyak umat-umat sebelum mereka yang telah Kami Binasakan, sedangkan mereka sendiri berjalan di tempat-tempat kediaman mereka itu. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah). Apakah mereka tidak mendengarkan (memperhatikan)?” (As Sajda :26)
Mantab,,, terus berkarya pak
ReplyDelete